
Kurator, Manajer, dan Edukator Museum
Sebuah museum dikelola oleh seorang kurator, manajer, dan edukator. Kurator koleksi museum lebih banyak berkecimpung dalam melakukan tugas melakukan perawatan, pengawetan, pengelompokkan koleksi, dan penelitian atas koleksi museum. Sedangkan manajer adalah orang yang mengelola museum dari sisi manajerial dan operasional sehari-harinya. Yang tak kalah penting adalah edukator museum yang merupakan profesi di museum yang memberikan informasi tentang koleksi kepada publik dan memandu pengunjung untuk mengenal, mengamati, dan menceritakan tentang alur storytelling di museum. Di Museum Bala' Datu Ranga ini, karena masih sangat baru, ketiga tugas tersebut masih dirangkap oleh satu orang.
Yuli Andari Merdikaningtyas, M.A.
Awal musim gugur 2020, saat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, Yuli Andari Merdikaningtyas baru saja menamatkan program Magister International Peace and Conflict Studies, di kampus Collegium Civitas, yang terletak di jantung kota Warsawa, Polandia. Selama dua tahun (2018-2020) ia mendapat dukungan dari Beasiswa NTB, Program 1000 Cendikia, gagasan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc. Judul tesisnya The Art of Creating Peace: How creative act can be a tool of peace building amongst youth in Indonesia (Seni Menciptakan Perdamaian: Bagaimana aksi kreatif dapat menjadi alat untuk menciptakan perdamaian di antara pemuda di Indonesia). Yuli lulus dengan predikat "Bardzo Dobry" atau Very Good dengan total GPA 5.0/5.5 yang dikonversi menjadi 3,61/4.00 (Sangat Memuaskan) di Indonesia.
Warsawa adalah ibukota negara dengan sejarah yang panjang. Ada banyak museum dan galeri seni yang sangat menarik perhatian Yuli, antara lain Warsaw Uprising Museum dan Nicolas Copernicus House yang terletak di kota Torun. Selain itu, Yuli sempat mengunjungi Kafka Museum di Praha dan beberapa museum di negara-negara lain di Eropa. Selain itu, Yuli juga pernah mengikuti Pelatihan "Storytelling in Museum: a curatorial workshop" yang diselenggarakan oleh Goethe Institut dan Yayasan Makassar Biennale yang sangat inspiratif dan insightful. Tanpa menunda terlalu lama, Yuli akhirnya kembali ke tanah air segera setelah menerima ijazah untuk melanjutkan kerja-kerja kebudayaan yang selama ini dirintis di kota kelahirannya, Sumbawa Besar.
Yuli juga dikenal sebagai pembuat film dokumenter profesional (dokumenteris) pemegang sertifikat Dokumenteris. Karya-karya dokumenternya kebanyakan mengangkat tema tentang isu budaya, perempuan, dan lingkungan. Ia pernah menang di berbagai festival film nasional maupun internasional. Saat ini, Yuli lebih banyak bekerja sebagai produser, supervisor, dosen, dan kurator/edukator Museum Bala' Datu Ranga, yang merupakan wujud komitmennya dalam melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya milik Kesultanan Sumbawa. Selain itu, Yuli adalah cicit dari Sultan Muhammad Djalaluddin III yang memerintah Kesultanan Sumbawa pada tahun 1883 - 1931, dan salah satu cucu dari Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu (lahir 1901 - 1979), seorang Ranga (Perdana Menteri) terakhir Kesultanan Sumbawa.