top of page
Search

Museum Bala’ Datu Ranga Sebagai Ruang Belajar Literasi Sejarah Pusaka Sumbawa

  • Writer: Museum Baladaturanga
    Museum Baladaturanga
  • Oct 14, 2022
  • 4 min read

Sejak diresmikan oleh Bupati Sumbawa Drs. H. Mahmud Abdullah, pada tanggal 18 Juni 2022 lalu, Museum Bala’ Datu Ranga terus berbenah untuk mempersiapkan diri menjadi museum yang berfungsi ruang belajar dan literasi sejarah dan budaya lokal Sumbawa, serta menjadi salah satu destinasi wisata sejarah kota.


Museum Bala’ Datu Ranga merupakan museum khusus yang didirikan atas inisiatif keluarga besar Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu (1901–1979), seorang Ranga atau Perdana Menteri terakhir pada masa Kesultanan Sumbawa, yang terwadahi dalam naungan Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu. Museum Bala’ Datu Ranga terletak di Jalan Dokter Soetomo, Gang Nuri IV no. 27, RT 01 RW 07, Kelurahan Pekat, Kecamatan Sumbawa. Lokasi ini merupakan zona penyangga kawasan pusaka (heritage) Kesultanan Sumbawa. Penetapan Museum Bala’ Datu Ranga sebagai salah satu program dari Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu termuat dalam Surat Keputusan (SK) Ketua Yayasan pada tanggal 20 Maret 2022. Setelah sebelumnya para ahli waris telah memberikan hak pengelolaan Bala’ Datu Ranga kepada Yayasan tersebut untuk tujuan pelestarian dan pemajuan kebudayaan Sumbawa.

Museum Bala’ Datu Ranga memiliki visi untuk menjadi tempat melestarikan benda-benda pusaka budaya Sumbawa khususnya pada era Kesultanan Sumbawa dan menjadi rumah belajar bersama mengenai sejarah, pusaka, dan budaya Sumbawa dengan menggunakan pendekatan atau metode yang kreatif, interaktif, dan inklusif serta menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keberagaman.


Untuk menjalankan visi tersebut, maka Museum Bala’ Datu Ranga menuangkannya dalam beberapa misi, antara lain:

1. Menghimpun kepingan-kepingan sejarah, pusaka, dan budaya Sumbawa yang berwujud (benda) maupun tak berwujud (nilai-nilai) untuk dikelola menjadi materi pembelajaran bagi generasi muda Sumbawa.

2. Meneliti, mengkaji, dan mengkontekstualisasikan koleksi-koleksi yang ada di Museum Bala’ Datu Ranga ke dalam topik-topik tertentu sesuai dengan 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan.

3. Menyebarluaskan hasil kajian koleksi Museum Bala’ Datu Ranga ke dalam publikasi ilmiah populer melalui berbagai media baik cetak, audio-visual, seni pertunjukan, film, dan sebagainya.

4. Melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki tujuan yang sama untuk pemajuan kebudayaan di Tana Samawa

5. Menciptakan program-program museum yang inklusif, kreatif, dan inovatif sehingga merangkul semua lapisan masyarakat baik generasi muda, kaum perempuan, dan difabel.


Sampai saat ini sumber pendanaan Museum Bala’ Datu Ranga masih sangat minim dan terbatas. Selama ini dana operasional pengelolaan museum dan program-programnya masih bersumber pada dana internal Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu yang dihimpun dari donasi anggota keluarga, sumbangan para donator individual maupun lembaga swasta lainnya. “Kami sangat menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh Museum Bala’ Datu Ranga masih sangat pionir di Sumbawa, namun cita-cita Museum kami sangat besar yaitu untuk menjadi rumah belajar tentang sejarah lokal Sumbawa terutama di era Kesultanan Sumbawa. Untuk itu kami sangat terbuka berkolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki cita-cita yang sama,” ungkap Yuli Andari Merdikaningtyas, kurator museum sekaligus cucu dari Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu.

Museum Sebagai Ruang Belajar dan Literasi Sejarah Budaya Tau Tana Samawa


Bekerjasama dengan Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa, Museum Bala’ Datu Ranga menjadi salah satu simpul belajar sejarah dan budaya lokal Sumbawa terutama yang berkaitan dengan era akhir Kesultanan Sumbawa. Bala’ Datu Ranga sendiri meruapak salah satu Obyek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang statusnya sudah terdaftar sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya tahun 2015 lalu. Kini, tinggal menunggu terbentuknya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Sumbawa yang akan merekomendasikannya untuk ditetapkan oleh Bupati Sumbawa.



Belajar di Museum Bala’ Datu Ranga dapat dikatakan memberikan pengalaman bagi para siswa untuk melihat langsung dan bertanya langsung kepada ahli waris yang juga bertugas sebagai pengelola museum. Meski, masih terbilang pionir, Museum Bala’ Datu Ranga dibangun dengan konsep kuratorial yang jelas yaitu mempertegas era akhir Kesultanan Sumbawa yaitu rentang tahun 1901 – 1950 yaitu fase dimana Abdul Madjid Daeng Matutu yang menjadi sentral karakter yang akan membangun narasi dalam Museum ini.


“Mengapa fase ini yang dipilih oleh Museum Bala’ Datu Ranga dalam menyusun narasi dan alur kuratorial museumnya? Karena Kawasan Kesultanan Sumbawa sendiri sangat kaya akan informasi dan situs bersejarah, salah satunya Bala’ Datu Ranga. Kami spesifik di fase hidup Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu agar narasi sejarah tidak overlapping. Harapan saya, Museum Dalam Loka itu nanti akan membangun narasi sejarah tentang masa pemerintahan Sultan Muhammad Djalaluddin III (1883 -1931), Istana Bala’ Puti yang sedang dalam fase restorasi akan bercerita tentang era Sultan Muhammad Kaharuddin III (1931 – 1959), begitu pun Museum Daerah yang dulunya adalah Kantor Cointrolleur Pemerintah Hindia Belanda. Bayangkan, kalau narasi museumnya punya kekhususan masing-masing maka Sumbawa akan memiliki paling tidak 5 (lima) bangunan cagar budaya yang dapat menjadi sumber belajar generasi muda kita,” sambung Yuli Andari, yang juga pembuat film dokumenter ini.



Museum Sebagai Destinasi Wisata Sejarah Budaya dalam Kota


Selain, program Belajar di Museum, Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu sebagai pengelola Museum Bala’ Datu Ranga, juga memiliki sebuah program unggulan yang tak kalah menarik yaitu Sumbawa Heritage Walk (SHW) atau Jelajah Pusaka Sumbawa. Apabila museum dari sisi edukasi sejarah budaya di situs cagar budaya, maka SHW dari sisi rute yang dijelajahi oleh para peminat sejarah budaya lokal.


“Saat kami merancang SHW bersama Kabid Kebudayaan, Bapak Sutan Syahrir, dan Camat Sumbawa Bapak Iwan Sofyan, kami sudah mempertimbangkan potensi domino effect dari spot-spot destinasi sejarah budaya Sumbawa. Dari sisi pariwisata kota, kita sejak dulu tahu, Kecamatan Sumbawa merupakan Kawasan Kesultanan Sumbawa di masa lampau masih dapat terlihat dari peninggalan utama Kesultanan yang masih eksis hingga hari ini yaitu tiga istana dan sebuah rumah Ranga (Perdana Menteri). Selain itu, ada gedung dimana tempat diplomasi masa lalu dipraktikkan yaitu Gedung Controlleur yang sekarang jadi museum. Tinggal bagaimana kita mengemasnya dan menarasikan Kawasan ini sebagai sebuah potensi pariwisata kota pusaka. Jika Lombok unggul dengan pantai dan laut, maka Sumbawa sangat unggul dengan wisata heritage-nya di dalam kota. Ini bisa menjadi nilai ekonomi di masa depan. Heritage economy dari sebuah Kawasan wisata budaya,” imbuhnya.



Dengan konsep pemikiran seperti ini, maka tidak hanya situs budaya yang lestari namun kesejahteraan masyarakat lokal sepertu UMKM, Kuliner, Komunitas Kreatif juga ikut bangkit dan lestari. Tinggal sekarang, bagaimana bersinergi antara pemerintah, komunitas, swasta, dan pegiat budaya dalam mewujudkan program-program ini. “Kami di Yayasan Datu Ranga sebagai inisiator kedua program tersebut sudah memulainya dengan Kabid Kebudayaan, Camat Sumbawa, dan Lurah Pekat. Namun, kami masih butuh dukungan anggaran yang cukup besar untuk menambah fasilitas publik agar destinasi wisata yang nyaman dapat terwujud. Misalnya, bawah kolong Bala’ Datu Ranga pelan-pelan akan kami wujudkan jadi ruang budaya dimana akan menjadi wadah untuk para anak muda kreatif berlatih musik tradisional, tarian khas Sumbawa, dan juga ruang untuk nonton bareng film budaya. Ditambah dengan perpustakaan, toko oleh-oleh khas Sumbawa dan toko merchandise yang akan menjual produk kreatif tentang budaya Sumbawa. Mimpi ini tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin untuk diwujudkan, asal semua pihak berkomitmen untuk mendukung pelestarian budaya Samawa,” pungkas Yuli Andari menutup obrolannya.


Catatan:

Artikel ini dimuat kembali setelah dipublikasikan oleh FOKUS NTB: https://www.fokusntb.com/2022/09/20/museum-bala-datu-ranga-ruang-belajar-literasi-sejarah-dan-budaya-sumbawa/

 
 
 

Comments


bottom of page